iOS

MARITIME LINE » » Hovercraft Dan Sejarah Pembuatannya

Hovercraft Dan Sejarah Pembuatannya

Jumat, 23 November 2012

Hovercraft
Sebagai negara kepulauan, Indonesia tentu saja membutuhkan sarana transportasi laut dalam jumlah yang mencukupi. Apalagi mengingat Indonesia adalah negara yang memiliki jumlah pulau terbanyak di dunia. Untuk menghubungankan satu pulau dengan pulau lainnya diperlukan sarana transportasi laut yang dapat diandalkan. Tapi hingga belakangan ini perhatian orang kearah ini masih kurang. Dikabarkan, sekitar lebih dari 50% sektor pelayaran maritim masih belum tergarap. Salah satu moda transportasi laut (air) yang memiliki prospek yang cukup bagus dan bisa berfungsi multi guna adalah Hovercraft. Hovercraft termasuk dalam jenis kendaraan amfibi, dalam arti bisa berfungsi dengar baik di perairan maupun daratan. Bahkan Hovercraft tetap dapat digunakan pada daerah rawa atau lumpur dimana kendaraan darat atau kapal tidak dapat digunakan disitu.

Pada saat hovercraft melaju di permukaan air atau tanah, badan atau bagian lain hovercraft sama sekali tidak menyentuh permukaan lintasannya. Pada saat melaju, kendaraan ini melayang dengan ketinggian tertentu sesuai type hovercraft yang digunakan. Tapi tidak terbang seperti pesawat terbang. Ini membuat gesekan dengan permukaan lintasan ( air atau tanah ) dapat dihilangkan sehingga kecepatan sebuah Hovercraft dapat dipacu maksimal sesuai batas-batas kecepatan teraman. Pada umumnya Hovercraft digunakan sebagai kendaraan perairan sehingga bisa disebut sebagai kapal yang tidak memerlukan dermaga, karena setelah melintasi perairan Hovercraft dapat berjalan hingga sejauh mungkin di daratan pada permukaan yang rata.

Lalu sejak kapan Hovercraft dibuat orang? Berdasarkan beberapa literatur, seorang filsuf dan teolog asal Swedia yang bernama Emanuel Swedenborg pada tahun 1716 pernah merancang sebuah kendaraan yang cara kerjanya mirip dengan prinsip-prinsip yang digunakan pada Hovercraft. Menurut rencana kendaraan ini berjalan dengan bantuan tenaga manusia. Tapi berhubung tenaga manusia tidak cukup kuat untuk menjalankan mekanisasi yang digunakannya, kendaraan itu tidak diwujudkan pembuatannya.

Satu setengah abad kemudian, tepatnya pada pertengahan 1870an, seorang perancang dari Kerajaan Inggris, John Isaac Thornycroft, juga sudah membuat model kendaraan yang dilengkapi dengan bantalan udara pada bagian bawahnya yang bertujuan untuk mengurangi gaya gesekan antara badan kendaraan dengan permukaan lintasan. Dan pada tahun 1877 perancang dari Inggris ini sudah mendapatkan paten untuk prinsip-prinsip kerja bantalan udara ini atas namanya. Tapi sampai sejauh itu, kendaraan seperti yang diinginkannya itu belum juga bisa diwujudkan pembuataanya.

Semenjak itu usaha-usaha untuk mengembangkan kendaraan yang menggunakan bantalan udara ini masih terus berlanjut. Pada tahun 1931 di Finlandia, Toivo J. Kaario mulai melakukan perancangan kapal yang menggunakan kantong udara. Dia telah membuat konstruksi serta melakukan uji coba sendiri pada rancangannya tersebut dan mendapatkan hak paten dari pemerintah Finlandia. Tapi sayang sekali usahanya ini terpaksa terhenti karena kurangnya dana.

Orang yang pertama kali menggunakan nama Hovercraft untuk menyebut kendaraan yang menggunakan prinsip bantalan udara ini adalah Christopher Cockerell. Pada tahun 1952 penemu dari Inggris ini berhasil merancang sebuah kendaraan berdasarkan prinsip-prinsip kerja Hovercraft. Penemuannya ini dinilai sebagai temuan yang paling berhasil dibanding usaha-usaha serupa yang telah dilakukan oleh beberapa pendahulunya di bidang ini. Selanjutnya pada tahun 1959 dia berhasil mewujudkan rancangannya ini dan sejak itulah nama Hovercraft digunakan untuk menyebut kendaraan berbantalan udara ini. Dan pada tahun-tahun berikutnya dasar-dasar prinsip kerja kendaraan ini digunakan oleh perusahaan Saunders Roe untuk pembuatan banyak Hovercraft.

Akan tetapi pada masa itu Hovercraft masih belum mengenakan rok atau skirt seperti yang banyak digunakan oleh Hovercraft dewasa ini. Bagian ini ( rok / skirt ) pertama kali diperkenalkan oleh seorang anggota Angkatan Laut Kerajaan Inggris, Latimer-Needham. Bagian ini digunakan untuk menunjang system baru pada Hovercraft yang disebut Flexible Skirt System. Skirt terbuat dari bahan karet yang kuat dan dipasang pada bagian samping seluruh hull (badan) Hovercraft sehingga selintas mirip seperti rok.

Sebenarnya bagaimana cara kerja Hovercraft hingga disebut-sebut memiliki keunggulan yang lebih dibanding kapal konvensional? Sebenarnya cara kerja Hovercraft lebih mirip seperti pesawat terbang meskipun masih digolongkan sebagai kendaraan air. Sebab pada saat melaju, bagian bawah kapal (hull) tidak bersentuhan dengan air. Dengan kondisi seperti itu, gayak gesek antara hull (badan kapal) dengan air hampir tidak ada sama sekali. Boleh dibilang hovercraft dalam keadaan melayang pada saat berjalan. Ketinggian pada saat melayang berkisar antara ketinggian 15 Centi meter sampai dengan 2,7 Meter dari permukaan lintasan. Tentu saja tergantung pada type Hovercraft. Keadaan melayang (gaya angkat) ini dihasilkan dari beberapa kipas (fan) yang dipasang pada bagian bawah kapal. Hembusan angin yang dihasilkan oleh kipas-kipas tersebut ditahan oleh skirt atau rok yang dipasang melingkar diseluruh badan kapal. Sedangkan gerakan maju pada Hovercraft dihasilkan oleh beberapa propeller ( baling-baling ) seperti milik pesawat terbang yang dipasang pada bagian atas kapal.

Dengan cara kerja seperti itu, sebuah Hovercraft dapat melaju dengan kecepatan 130 Km per jam dimana kapal konvensional tidak mampu melakukannya. Dan karena dapat berada pada kondisi melayang pada saat berjalan, Hovercraft dapat dikendarai di air atau pun di darat.

Dewasa ini Hovercraft paling banyak dioperasikan oleh negara Inggris. Hal ini wajar karena pabrik Hovercraft terbesar, British Hovercraft Corporation, terletak di negara ini juga. Inggris banyak mengoperasikan Hovercraft untuk penyeberangan Feri. Tapi hingga saat ini, jika dilihat prosentasenya, kalangan militer lebih banyak menggunakan jasa kendaraan ini dibanding dunia sipil.

Bagaimana dengan perkembangan Hovercraft di tanah air?

Pada awal tahun 1980an, Hovercraft sudah pernah diperkenalkan oleh Henk Kawulusan. Tapi sayang sekali hal ini tidak mendapat sambutan yang baik dari kalangan teknolog di Indonesia. Orang lebih menyukai teknologi Jet Foil yang dianggap lebih canggih untuk dioperasikan di Indonesia. Setelah memasuki abad 21, Hovercraft mulai diproduksi di Indonesia.

Hovercraft Rudy Heeman
Apakah perkembangan Hovercraft hanya sampai disitu saja? Ternyata sudah diperkenalkan varian Hovercraft yang lebih maju lagi. Yaitu Hovercraft yang dilengkapi dengan sayap pada bagian kanan dan kiri. Sehingga cara kerjanya sudah benar-benar mirip dengan pesawat terbang. Gaya angkat yang terjadi pada badan kapal bukan dihasilkan dari hembusan fan yang dipasang pada bagian bawah kapal. Tapi lebih karena gaya aerodinamik yang dihasilkan karena kecepatan. Gaya ini dihasilkan oleh sayap yang terpasang pada sisi kanan dan kiri kapal. Hovercraft jenis ini menggunakan prinsip kerja yang dikenal dengan sebutan WIGE, singkatan dari Wing In Ground Effect. Dan nama populernya adalah kapal bersayap. Kapal air ini benar-benar terbang melayang diatas permukaan air. Salah satunya adalah yang sudah diperkenalkan oleh seorang teknisi asal New Zealand, Rudy Heeman. Kendaraan yang dirancangnya itu tampak seperti pada gambar disamping.
Prokimal Kotabumi5 Kotabumi Lampung Utara

Artikel terkait :